(blog kristia) Lembah Harau terletak di Kabupaten 50 Kota, Sumbar. Lembah ini mempunyai tujuh air terjun (sarasah) yang memesona. Pagar tebing cadas yang curam dan lurus juga menantang untuk olahraga panjat tebing.
Terasa
Seperti dalam benteng! Barangkali demikian yang dirasakan pengunjung
Lembah Harau di Payakumbuh, Kabupaten 50 Kota, Sumatra Barat. Memasuki
Taman Wisata Lembah Harau, wisatawan serasa "dikepung" tebing kemerah-merahan setinggi 150 hingga 200 meter. Tebing itu tegak mengelilingi lembah.
Di
dasar tebing, bentangan sawah dan pepohonan hijau lagi rimbun membuat
pesona Lembah Harau makin memukau. Daerah Lembah Harau juga dihuni
berbagai jenis hewan dan burung liar. Lembah ini juga makin memikat
dengan tujuh air terjun atau sarasah yang mengalir deras. Di waktu
musim hujan, air yang mengalir bertambah deras. Pemandangan sekitar
lembah makin menakjubkan kala pelangi turun sehabis hujan.
Lembah yang memanjakan hati dan mata ini mempunyai legenda sendiri. Menurut hikayat setempat, dulunya di atas tebing berdiri sebuah kerajaan. Sedangkan lembahnya merupakan lautan. Suatu hari, putri kerajaan memilih terjun ke laut karena tak diizinkan menikah dengan lelaki yang disukainya. Sang raja lalu memerintahkan
rakyatnya mencari jasad sang putri. Namun hingga laut dikeringkan,
jenazah sang putri tetap tak ditemukan. Laut yang menjadi daratan itu
kini dikenal sebagai Lembah Harau dan menjadi tempat bermukim yang indah.
Pagar
tebing cadas yang curam dan lurus itu juga menantang untuk olahraga
panjat tebing. Sebuah organisasi pecinta tebing setempat secara rutin
mengunjungi tempat ini sekali dalam setahun. Wisatawan yang berminat
mungkin dapat mencoba untuk menguji olahraga yang satu ini. Peminat akan
dipandu seorang instruktur.
Bila
tak ada sepatu khusus pendaki, tanpa alas kaki pun jadi. Inti olahraga
ini adalah mengatasi rasa takut. Pendaki juga diharuskan memakai harnest
(alat pengaman tubuh) yang diikat simpul. Tali yang lain dipegang
seseorang yang akan menahan tubuh pendaki bila terjatuh. Untuk
mengurangi keringat saat mendaki, pendaki harus menyediakan bubuk
magnesium karbonat. Bagi pemula, kesulitan terbesar antara lain
mengalokasikan beban tubuh kepada tangan dan kaki secara seimbang.
Kecederungan yang sering terjadi, beban tubuh hanya ditahan oleh tangan.
Akibatnya energi lebih cepat terkuras. Apalagi tempat pijakan dan
bergantung amat minim.
Sebagai
daerah lembah, suara teriakan niscaya akan memantul lagi. Cobalah
berteriak di titik nol (echo spot) yang telah ditandai pengelola khusus
untuk pengunjung yang ingin mendengar gaung sempurna. Di tempat ini,
suara pantulan terdengar lebih keras. Lumayanlah buat melepas stres dan
beban hidup. Sekalian buat latihan vokal bagi yang berminat ikut kontes
menyanyi!
sumber: blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar